Sabtu, 29 Desember 2012

makalah hikmah dan bersyukur

”MAKALAH” HIKMAH DAN BERSYUKUR Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Yang Di Bina Oleh Dosen : Bpk Soenardji, S.Ag Oleh : Saiful Waris Ahmat 711.5.1.0520 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP TAHUN AJARAN 2011 – 2012 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat sehat dan kesempurnaan ketimbang makhluk-makhluk yang lain sehingga saya bisa berbagi ilmu dengan sesama hamba ALLAH SWT. dan kami juga bisa melaksanakan aktifitas sehari-hari dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. sesuai dengan hadist yang disampaikan beliau yakni “saya diutus kedunia hanya untuk memperbaiki akhlak manusia” karena berkat beliaulah kita semua bisa merasakan keindahan duniawi. Penulisan makalah ini tak sesempurna dari apa yang menjadi harapan Bapak: Soenardji, S.Ag untuk itu saya haturkan banyak terima kasih. Saya yakin dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa yang kurang sopan maupun dalam kerangka penulisan makalah, untuk itu kami mohon bimbingan dari Yth. Bapak Soenardji, S.Ag untuk memberikan kritik yang membangun baik melalui media atau pengucapan secara langsung, demi pengembangan dan perbaikan pembuatan makalah selanjutnya. Sumenep, 27 Januari 2012 Penulis BABI PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebaik-baik manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang sempurna tidak akan bernilai bila tanpa bersyukur kepada Allah SWT. Senantiasa beribadah, karena rasa takwanya kepada Allah SWT. Ketakwaan manusia kepada Allah SWT menjadi bekal dalam menghadapi lika-liku kehidupan di dunia. Hal ini dapat dipahami bahwa ketakwaan selain sebagai bentuk keta’atan kepada Allah SWT juga sebagai jalan untuk mendapatkan kehidupan yang maslahat dunia dan akhirat. Ketika kita hidup dalam kondisi baik, ketakwaanpun akan baik juga. Namun seiring dengan berjalannya waktu, Allah akan menguji ketakwaan seseorang dengan suatu musibah atau dengan suatu nikmat yang sangat melimpah, sehingga kadangkala kita terlelap dalam kekafiran. Namun daripada itu, sebagai eksistensi keberadaan manusia di dunia ini, ketika ditimpa cobaan yang sangat berat, kita harus tetap mensyukuri apa yang ada. Meskipun kehidupan dipenuhi oleh warna-warni, tapi hendaknya kita menjadi orang yang memetik hikmah dari perbedaan tersebut. Musibah maupun nikmat tidak akan memberikan rasa beda di kala kita sudah mafhum terhadap kebijaksanaan Illahi karena tidak selamanya kenikmatan memberikan kebahagiaan ( bisa saja itu adalah sebuah ujian). Begitu pula sebaliknya, tidak selamanya musibah memberikan kesengsaraan jika kita mampu memetik hikmah yang terkandung didalamnya. Kebaikan, kejahatan, nikmat , derita karunia, ujian, semuanya sama. Bukan hanya semua itu adalah hukum alam di mana manusia hidup di dalamnya, tapi juga kemaslahatan untuk manusia sendiri. Perbandingan yang tepat mungkin bisa dilihat dari sikap tegas dan lembut dari orang tua. Manakah di antara keduanya yang lebih maslahat bagi pendidikan anaknya? Jika hanya kelembutan yang diberikan, maka orang tua dianggap tidak memberikan pendidikan yang baik kepada anak. Demikian pula apabila seseorang merasakan terus nikmat tanpa penderitaan, haruskah manusia menganggap buruk musibah kejahatan, penderitaan dari Tuhannya? 2. Rumusan Masalah  Apa pengertian hikmah  Apa pengertian bersyukur 3. Tujuan Masalah  Agar bisa tau apa pengertian hikmah  Agar bisa memahami apa sebenarnya bersyukur BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Hikmah Hikmah adalah makna yang terkandung dalam amalan fisik atau rahasia yang tersirat dibalik amalan fisik, atau lebih jauh maknanya mengungkap hakikat dari amalan syariat. Syariat adalah amalan zahir, Hakikat adalah intinya. Seperti garam hakikatnya adalah air laut. Jika setiap amalan menyatu antara syariat dan hakikat akan mewujudkan hasil yang menakjubkan. Agar ibadah haji dapat meningkatkan kualitas keimanan seseorang maka hikmah haji ini selayaknya dicermati oleh setiap orang yang menunaikannya. Maka, hikmah adalah makna hakiki dan praktik ilmu dan amal suatu ibadah. Rasulullah SAW menjelaskan: “Dapat menduduki kedudukan raja (penguasa)”. (HR. Abu Nu’aim dan Ibnu ‘Addi) Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman : Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Al-Baqarah : 269) Maksudnya, bukan berarti manusia pada posisi fatalistic, akan tetapi karena manusia dalam meraih hikmah perlu mengembalikan dirinya kepada Allah SWT, dengan tawakkal yang hakiki melalui ilmu dan amal yang dilakukan oleh jasmani dan rohaninya. 2. Pengertian Bersyukur Kata “bersyukur” merupakan terjemahan dari kata “yadah” (yod-qames-dalet-qames-he) dalam bahasa Ibrani. Dalam definisi berbahasa Inggris, kata Ibrani “yadah” tersebut memiliki banyak terjemahan selain bersyukur atau memuji, seperti: melempar, meruntuhkan, menjatuhkan, menembak, mengaku, dan memberi terima kasih. Apa arti kata “bersyukur” tersebut ditinjau dari tulisan Ibrani kuno ? Untuk mengetahui makna kata itu, kita dapat menelusurinya dari akar katanya. Akar induk kata “yadah” adalah “y-d” (yod-dalet), yang dalam tulisan Ibrani kuno berupa gambar (piktograf) “tangan” dan “pintu”. Tangan adalah bagian tubuh yang memampukan seseorang melakukan banyak pekerjaan. Sedangkan pintu adalah bagian tenda yang memungkinkan penghuninya bergerak keluar-masuk tenda. Dengan demikian gabungan dua gambar tersebut berarti “tangan bergerak”. Kata “bersyukur” banyak digunakan dalam Kitab Mazmur dalam beragam kaitan. Pemazmur mengaitkannya dengan “alasan” ia bersyukur, seperti: karena keadilan (7:17), pertolongan (28:7; 43:5), keajaiban perbuatan (9:1; 75:2; 107:8), dan kasih setia Tuhan (107:8). Namun, pemazmur juga menghubungkannya dengan suatu “tindakan” untuk bersyukur tersebut. Misalnya: Mazmur 9:1, Daud menghubungkan rasa syukurnya dengan menceritakan segala perbuatan Allah yang ajaib. Mazmur 28:7, ia bersyukur dengan nyanyian kepada Tuhan. Dalam Mazmur 43:4 pemazmur bersyukur dengan alat musik kecapi. Sedangkan pasal 118:28, pemazmur mau bersyukur kepada Allah dengan meninggikan Dia. Kata “bersyukur” berkaitan dengan tindakan seseorang kepada Allah karena alasan-alasan yang jelas dari pihak Allah. Dengan makna “bersyukur” adalah “tangan bergerak” atau “bekerja”, bukankah hal ini memperjelas kita bahwa ungkapan “bersyukur” kepada Allah harus diwujudkan dengan bekerja atau dengan Perbuatan ? BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Demikianlan yang dapat saya sampaikan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:  Kita harus pandai-pandai bersyukur kepada Allah Swt atas nikmat yang telah diberikan kepada kita, sehingga Allah akan menambah nikmat itu.Adanya keseimbangan duniawi dan ukhrowi. Allah tidak menginginkan seseorang mencari kebahagiaan hidup diakirat dengan jalan meninggalkan kepentingan hidup di dunia.  Hendaknya mencari kebahagiaan hidup di akhirat tidak sampai melalaikan kehidupan dunia dan sebaliknya mencari kebahagiaan dunia jangan sampai meninggalkan ibadah sebagai bekal hidup diakhirat. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al Qoshos ayat 77, yang artinya: “Dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”. 2. Saran Kewajiban seorang muslim dalam memahami sebuah hikmah dan bersyukur. Akan tetapi, kita juga wajib mempelajari dan mengamalkannya. Sebagaimana halnya hadist tentang menuntut kita bersyukur Demikian makalah yang dapat kami kerjakan, Apabila ada kesalahan kami minta maaf. Karena makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Dan kami sangat membutuhkan kritik dan saran pada Bapak Dosen khususnya Bapak Narji dan teman-teman juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar